Rabu, 21 Mei 2008

ATURAN MAIN CHANNEL G.B.K.P

SYALOM RAS MEJUAH-JUAH MAN BANTA KRINA.......

LIT PIGA-PIGA ATURAN CHANNEL #G.B.K.P I BAHEN E ME KAP SB:

1.JAGA NAMA BAIK GBKP (GEREJA BATAK KARO PROTESTAN)
2.JANGAN MENYINGGUNG PERASAAN ORANG LAIN
3.JANGAN BERBAHASA YG TIDAK SOPAN DI CHANNEL G.B.K.P
4.MENGGUNAKAN NICK YG SOPAN
5.BERFIKIRAN POSITIF
6.DILARANG FLOOD,INVETER,SUNAMI DAN WAR
7.DILARANG MEMAKAI SCRIPT DI ROOM #G.B.K.P
8.JANGAN MENYINGGUNG AGAMA LAINNYA
9.JANGAN MENGULANG-ULANG KATA DI DALAM SATU BAIT DI ROOM #G.B.K.P
10.SESAMA SOP,AOP,USER SELALU BERSIFAT DAMAI DAN CINTA KASIH...


AKU KATAKEN E ME KAP ITA PE DAT IPAHAMISA KATA-KATA AKU ENA..
BUJUR....SEMOGA TUHAN SELALU MEMBERKATI KITA SEMUANYA....

Jumat, 16 Mei 2008

Asal kata "Alkitab"

Kata “Alkitab” memiliki sejarah yang sangat panjang. Di daerah pantai Fenisia, sekitar 40 km sebelah selatan Beirut, yang saat ini terletak di Lebanon, pada sekitar tahun 3500 SM, terdapat satu kota perdagangan yang sangat penting. Sekarang ini kota ini menjadi sebuah desa kecil yang miskin. Pada zaman dahulu, sekitar tahun 1300 SM, kota ini dikenal dengan nama Gubla. Perjanjian Lama atau Kitab-Kitab Ibrani (Yeh 27:9) mengenalnya dengan nama Gebal. Orang-orang Yunani dulu mengenalnya dengan nama Byblos. Dan dewasa ini, desa kecil ini bernama Jebel.

Kota ini dahulu merupakan jajahan Mesir dan menjadi kota pelabuhan dan kota pedagangan papirus. Oleh karena itulah orang Mesir memberi nama kota ini Gubla, yang merupakan sebuah kata dalam bahasa Mesir yang berarti “papirus”. Pada waktu itu, orang-orang Yunani merupakan pembeli dalam jalur perdagangan papirus, dan kota ini juga menjadi kota yang penting bagi orang-orang Yunani dalam jalur perdagangan ini. Menurut ‘telinga’ orang Yunani, kata “Gubla” menjadi “Byblos”, sehingga orang Yunani menyebut “papirus”, dan juga “buku”, dengan nama kota ini.

Filo (20 SM – 50 M) dan Yosefus menyebut Perjanjian Lama sebagai bibloi hiĆ«rai. Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damasus untuk merevisi Alkitab latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama Biblia yang merupakan kata dari bahasa latin yang berarti “kitab”. Alkitab dalam bahasa Inggris menyebut kitab suci sebagai the Bible, dan dalam bahasa Jerman sebagai die Bibel. Oleh karena itu mengacu dari sejarah yang sangat panjang ini, tepat penggunaan kata Arab-Melayu “Alkitab” untuk menyebut kitab suci.

Rabu, 14 Mei 2008

Mamre GBKP

Mamre GBKP adalah nama persekutuan kategorial kaum bapak di dalam GBKP, yang merupakan wadah pelayanan untuk meningkatkan iman anggotanya untuk lebih berperan aktif dalam keluarga, gereja dan masyarakat. Dalam pencapaian tujuan tersebut diatas, khususnya untuk 5 (lima) tahun kedepan masih diperlukan dukungan dan bimbingan serta peran BP GBKP di semua wilayah pelayanan (Moderamen, Klasis dan Jemaat/Runggun). Dukungan tersebut adalah untuk member-dayakan kepengurusan dan anggota Mamre agar menyadari bahwa di dalam era globalisasi ini diperlukan pembentukan internal spiritual dan moral. Dengan melalui pemberdayaan tersebut dapat diharapkan Mamre bisa hidup lebih setia kepada Tuhan serta dan kehadirannya terasa dan terlihat

Masalah-masalah yang dihadapi Mamre

  1. Pembentukan kepengurusan Mamre di wilayah pelayanan Runggun/Jemaat masih 60 %.
  2. Aktifitas kepengurusan Mamre masih rendah di dalam merencanakan dan mengaktualisasikan program Mamre.
  3. Keaktifan anggota Mamre di dalam kegiatan Mamre masih 30 %.
  4. Kurangnya perhatian dari Runggun/Jemaat dan pelayan khusus di dalam kegiatan Mamre.
  5. Belum sepenuhnya menghargai harkat dan martabat kaum perempuan.
  6. Keutuhan keluarga yang semakin tertantang akibat pengaruh jaman khususnya di dalam etos kerja dan moral.

Dalam rangka pemberdayaan Mamre maka program-program yang direncanakan:

Bidang Persekutuan meliputi:

  1. Pembentukan dan melengkapi pengurus Mamre GBKP pada setiap wilayah pelayanan.
  2. Penyempurnaan P2P Mamre serta kursus pemahaman P2P Mamre.
  3. Kursus kepemimpinan Mamre
  4. Pelaksanaan rapat-rapat kerja Pengurus Mamre.
  5. Perkunjungan antar wilayh pelayanan yang dilakukan oleh pengurus.
  6. Membuat rapen-rabel setiap tahun
  7. Menggalakkan PA Mamre di seluruh sektor disetiap Runggun/Jemaat.

Bidang Kesaksian meliputi:

  1. Pembinaan di dalam keluarga untuk mengikuti kegiatan gereja
  2. Merayakan hari-hari besar gerejawi
  3. Ikut mengambil bagian dalam kegiatan PI dan Evangelisasi
  4. Mendorong anggota agar mampu berperan aktif melalui talentanya di dalam kegiatan masyarakat.

Bidang Pelayanan meliputi:

  1. Pelayanan Diakonia
  2. Perkunjungan ke Panti Asuhan, Rumah Sakit, dan LP (Lembaga Pemasyarakatan)
  3. Mendukung pengembalian asset GBKP
  4. Pelestarian Lingkungan
  5. Peran serta dalam pembangunan masyarakat
  6. Pengembangan SDM dan penyuluhan hukum

Bidang Usaha dan Dana meliputi

  1. Mengintensifkan pengumpulan iuran anggota
  2. Mendorong peningkatan persembahan di dalam kebaktian gereja
  3. Penjualan baju seragam Mamre dan penning Mamre
  4. Peningkatan penjualan buku bimbingan PA Mamre
  5. Mengupayakan dana pendukung program pelayanan PERMATA dan KA/KR

Moria

Moria adalah salah satu persekutuan kategorial kaum ibu di GBKP yang bertujuan untuk melaksanakan pembinaan, pelayanan bagi anggotanya serta memperjuangkan hak-hak perempuan di keluarga, gereja dan masyarakat. Moria juga terpanggil untuk menjalankan Tritugas Panggilan Gereja yakni koinonia, marturia dan diakonia. Diharapkan melalui panggilan ini Moria dapat meningkatkan kwalitas spiritual (pertumbuhan rohani), kwalitas sumber daya sebagai perempuan sekaligus meningkatkan kwalitas jemaat GBKP. Untuk itu, perempuan ditengah GBKP dalam kurun waktu tahun 2005-2010 “dibuka pintu” untuk melayankan potensinya dan dikurangi hambatan-hambatan dan sekaligus mencari penyelesaian masalah.
Kenyataan yang dihadapi Moria kini adalah:

  1. Masih banyak anggota Moria yang belum mengembangkan potensinya oleh karena sikap yang masih diwarnai ketidak-setaraan berdasarkan jender, sehingga anggota Moria sendiri masih menempatkan dirinya sebagai warga kelas dua.
  2. Masih banyak anggota Moria yang belum berperan aktif (30-55%).
  3. Pengurus Moria belum berperan secara maksimal terutama di pedesaan baik dalam perencanaan maupun operasional.
  4. Kehidupan keluarga yang merupakan gereja mini yang masih lemah dalam ketaatan akan kebenaran Firman Tuhan yang dibuktikan dengan tingginya angka perceraian, konflik keluarga, konflik suami-isteri dan kenakalan anak-anak.
  5. Menjadi satu kenyataan saat ini, tingkat stress sangat tinggi akibat manusia tidak mampu menyesuaikan keinginan dengan kemampuannya sesuai dengan Firman Tuhan. Dan juga manusia cenderung melakukan kekerasan yang korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
  6. Kadang terjadi “benturan” antara BP GBKP dengan BP Moria disetiap wilayah pelayanannya dalam melaksanakan program-programnya.

Upaya yang ditempuh dalam rangka peningkatan kwalitas SDM (Sumber Daya Manusia) baik dari segi pertumbuhan rohani maupun dari segi pengetahuan dan keterampilan, maka Moria menyusun program untuk 5 (lima) tahun mendatang sebagai berikut :

  1. Bidang Persekutuan/Rohani: Retreat, Bahan PA, Pastoral Konseling, Pelatihan Kemitraan, Perayaan Tahun Gerejani, Pemberdayaan Perempuan, Orientasi Peranan Nora.
  2. Bidang Pelayanan/Sosial: Diakonia, Pendidikan, Litbang, Kesehatan, Pembinaan KWK, Kepemimpinan, Crisis Center.
  3. Bidang Kesaksian: Koor, Senibudaya, Evangelisasi/PI.
  4. Bidang Usaha: Mengupayakan dana untuk pelayanan GBKP, Moria khususnya melalui pengadaan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan Tata Gereja GBKP, GBP GBKP, P2P PRT Moria dan Firman Tuhan misalnya pengaktifan iuran, lelang-lelang, bazar dan sebagainya.
  5. Bidang Umum: Sidang-Sidang : Mupel, MPL, Kunjungan Kerja Antar Tingkat Pengurus, Membuat Rapen-Rabel, Mengevaluasi dan Membuat Program Kerja, Rapat-Rapat, Mengikuti Program Gereja Dalam dan Luar Negeri.
  6. Crisis Center: Meliputi pelayanan terhadap masyarakat pada umumnya dan khususnya kaum perempuan Walaupun tidak tertutup kemungkinan bagi kaum laki-laki yang mengalami penderitaan dan stress dalam hidupnya akibat tekanan, kekerasan dan sebagainya. Tujuan dari Crisis Center ini adalah memberikan tempat yang aman dan terlindung bagi seluruh jemaat (perempuan) bermasalah, sebagai wadah sharing antar perempuan bermasalah dan mendampingi perempuan dalam proses penyelesaian masalahnya dari sudut konseling dan advokasi. Sasarannya adalah perempuan yang bermasalah atau yang mengalami kekerasan (di rumah tangga, pekerjaan, lingkungan sosial dan lain-lain), Aron-Aron (buruh harian di Tanah Karo) dan perempuan yang bermasalah dengan Narkoba.
  7. KWK GBKP: Kursus Wanita Kristen adalah salah satu pelayanan GBKP untuk menjawab tantangan angkatan kerja wanita muda dengan memberikan keterampilan-keterampilan. Dengan memberi keterampilan angkatan kerja wanita muda diharapkan akan mendapat peluang berwirausaha dibidang keterampilan wanita untuk mengangkat derajat hidupnya serta menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian KWK adalah suatu pemberdayaan wanita-wanita muda Kristen yang kurang mampu untuk mendapatkan dan menciptakan lapangan kerja.

Agar pelayanan KWK dapat mencapai sasaran yang sesungguhnya maka dibuat program-program sebagai berikut :

  • Penjemaatan tentang program KWK kepada seluruh jemaat GBKP.
  • Mengadakan kursus yang meliputi (menjahit, memasak, kecantikan, merangkai bunga, bahasa inggris, kursus komputer).
  • Pengadaan dan pelatihan guru sehingga mempunyai kemampuan untuk mendidik murid dengan berkualitas
  • Monitoring dan reuni siswi yang telah selesai dan kembali ke masyarakat.

Dalam pelaksanaannya semua program ini akan disesuaikan dengan tahapan-tahapan program menurut GBP GBKP 2005-2010. Peran BP GBKP disetiap wilayah pelayanan sangat dibutuhkan guna memotivasi, mengadakan kerjasama dan meminimalisir “benturan-benturan”/ketidaksepakatan.

Permata GBKP

Persadaan Man Anak Gerejanta (PERMATA GBKP) adalah salah satu persekutuan kategorial bagi Pemuda GBKP. Kehadiran PERMATA GBKP ditengah-tengah GBKP adalah sebagai tanda kasih setia Allah terhadap kesinambungan gerejaNya ditengah-tengah dunia ini. PERMATA GBKP juga merupakan jemaat kini dan masa yang akan datang yang senantiasa harus mempersiapkan diri dan berusaha memahami panggilan bersaksi, bersekutu dan melayani dari Tuhan Allah terhadap dirinya masing-masing agar mereka mewujudnyatakan Kehendak Allah ditengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pelayanannya, PERMATA GBKP mempunyai 4 (empat) bidang pelayanan yaitu bidang pembinaan, konsolidasi, partisipasi dan keuangan. Sedangkan bentuk program kerja adalah:

Bidang Pembinaan, seperti Penelahaan Alkitab (PA), Kebaktian Minggu Pemuda (KMP), Retreat/Bible Camp, Pekan Kebaktian Pemuda (PKP), Kebaktian Kebangunan Iman, Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), Pelatihan MC dan Song leader.

Bidang konsolidasi, seperti Latihan Kader Kepemimpinan Kristen (LK3) PERMATA GBKP, Kunjungan Pelayanan, Penjemataan P3RT dan Kelengkapan Organisasi, Musyawarah/Sidang/Rapat, Pendidikan Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pengadaan Data Base Pusat Informasi PERMATA GBKP serta web site PERMATA, http://www.permatagbkp.com.

Bidang Partisipasi, seperti Pembentukan Jaringan Kerja (Net Working) antar lembaga, Hubungan Gereja-Gereja dan Antar Agama-Agama (Oikumene dan Pluralisme), Forum Studi dan Aksi (Analisa/Kelompok Studi), Aksi Peduli Lingkungan, Masyarakat, Bangsa dan Negara, Aksi Sosial dan Partisipasi Suka dan Duka, Pekan Olahraga dan Pentas Seni Budaya dan Perayaan - Perayaan Hari Besar Gerejawi dan pengembangan Majalah Kekelengen PERMATA (MKP) GELUH.

Bidang Keuangan, seperti Subsidi Rutin, Iuran Anggota PERMATA GBKP, Kolekte Ibadah, Donatur/Bantuan dan Sumbangan Tidak Mengikat, Bazar dan Aksi Makanan, Usaha-Usaha PERMATA GBKP, Verifikasi Keuangan, Sidang Keuangan/Penyusunan Rapen-Rabel dan Pengawasan Aliran Dana/Cash Flow Keuangan PERMATA GBKP.

KA-KR

KA-KR GBKP adalah wadah beribadah dan pengembangan iman para anak dan remaja GBKP. Karena itu pelayanan kebaktian anak dan remaja GBKP adalah tugas gereja yang harus menjadi perhatian gereja disemua wilayah pelayanannya (Moderamen, Klasis, Majelis Jemaat dan Sektor). Wadah KA/KR bertujuan agar anak dan remaja dapat dibimbing untuk datang kepada Tuhan, agar mereka mengenal Tuhan dan pada suatu ketika secara mandiri mereka akan mengikrarkan pengakuan imannya (angkat sidi). Dengan demikian anak-anak dan remaja GBKP-lah yang diharapkan menjadi generasi penerus gereja dan masyarakat yang berkualitas dan bertanggungjawab. Untuk itu dukungan gereja di semua tingkatan serta dukungan orangtua dan pemberdayaan Pelayan KA/KR harus menjadi perhatian. Wadah KA/KR juga adalah tempat pengembangan kreativitas iman anak dan remaja.

Masalah yang dihadapi

  1. Anak
    Kehidupan anak yang sangat berbeda latar belakangnya serta dipengaruhi oleh kemajuan zaman menyulitkan pelayanan bagi mereka. Sehingga sering sekali pelayanan yang diberikan
    bagi mereka kurang menarik dan terasa membosankan.
  2. Guru
    Kualitas guru KA/KR perlu ditingkatkan oleh karena ketika menjadi guru belum memiliki bekal yang baik. Bahkan di beberapa tempat pelayanan seseorang menjadi Guru KA/KR karena situasi yang memaksa. Tidak ada lagi guru yang mengajar sehingga siapa yang mau, dialah yang menjadi Guru KA/KR. Mereka tidak pernah mengikuti kursus, tidak ada sermon, sehingga pedoman Guru KA/KR saja yang dibacakan ketika mengajar. Akibatnya tentu kualitas pengajaran sangat rendah.
  3. Pengurus
    Untuk mencari Pengurus yang setia dalam periode kepengurusannya sangatlah sulit. Ada Klasis-Klasis yang sampai 3 (tiga) kali untuk “menambal sulam” kepengurusannya dalam satu periode kepengurusannya. Penyebabnya ada yang berumah tangga, mendapat pekerjaan, sekolah dan lain-lain. Tentu saja pergantian pengurus berpengaruh besar terhadap kinerja kepengurusan.
  4. Perhatian Runggun Gereja dan Orangtua
    Alasan perubahan nama sekolah minggu menjadi Kebaktian Anak dan Remaja adalah supaya perhatian Runggun Gereja/Majelis Jemaat terhadap anak dan remaja sama dengan orangtua. Ternyata walaupun sudah berubah nama, perhatian terhadap anak dan remaja sangatlah kurang dalam pengadaan guru, dana, pengadaan gedung dan lain-lain. Sehingga dalam kenyataannya pengurus dan Guru KA/KR-lah yang bertanggungjawab dalam pengelolaan KA/KR. Demikian juga perhatian orangtua terhadap KA/KR sangat kurang. Para orangtua belum merasakan betapa pentingnya pelayanan terhadap anak dan remaja.
  5. Dana, sarana dan prasarana
    Dipengaruhi oleh kurangnya dukungan dari Runggun Gereja/Majelis Jemaat dan orangtua maka dana yang dibutuhkan dalam pengadaan sarana dan prasarana pelayanan terhadap anak dan remaja sangatlah kurang. Dengan pendapatan yang kecil dan dukungan yang kurang maka peningkatan pelayanan sulit untuk dilakukan.
    Dengan kondisi/masalah KA-KR seperti diatas maka dibuatlah program-program KA-KR:

Pembinaan Organisasi

  1. Memberdayakan semua pengurus tentang tugas dan pelayanannya melalui orientasi pelayanan (untuk wilayah runggun/majelis jemaat dan klasis) serta kursus kepemimpinan Pengurus secara sinodal oleh KA/KR Moderamen.
  2. Memberikan usulan/masukan pada BP Klasis untuk membuat program rapat koordinasi antar persekutuan kategorial dengan BP Klasis.
  3. Bekerjasama dengan persektuan kategorial diwilayah pelayanannya untuk melayani KA/KR GBKP

Pembinaan Pelayan

  1. Pelayan KA/KR memiliki spiritualitas yang baik. Melayani di KA/KR bukan dianggap pekerjaan sampingan, tetapi pelayanan di KA/KR dipahami sebagai tanggungjawab orang yang sudah diselamatkan. Karena itu pelayanan KA/KR adalah sebagai pekerjaan yang mulia.
  2. Memampukan pelayan-pelayan mengorganisasikan pelayanan di KA/KR. Dalam hal ini pelayan diharapkan memiliki pemahaman alkitabiah yang mendalam dan mempunyai jiwa yang kritis terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini tampak dalam tujuan pelayanan yang bersifat operasional.
  3. Mempunyai kemampuan merencakan pengembangan KA/KR.
  4. Memampukan pelayan untuk menciptakan suasana kekeluargaan/persaudaraan yang penuh kasih antara pelayan dengan pelayan, pelayan dengan anak KA/KR dan pelayan dengan orangtua.
  5. Memampukan pelayan untuk menciptakan kerjasama yang harmonis dengan runggun/majelis jemaat serta PKPW setempat.
  6. Meningkatkan kemampuan pelayan sebagai penginjil dan pemuridan.
  7. Meningkatkan kemampuan pelayan untuk mengembalakan anak-anak KA/KR.
  8. Meningkatkan kemampuan pelayanan untuk melayani dan memotivasi anak-anak KA/KR untuk terlibat dalam diakonia gereja.
  9. Mempunyai dedikasi yang patut diteladani ditengah-tengah masyarakat.
  10. Tetap mendayagunakan pelayan yang sudah menikah dan yang bekerja serta mengupayakan warga gereja yang sudah menikah dan bekerja untuk menjadi pelayan KA/KR.

Pembinaan Anak

Tujuan dari pembinaan anak adalah agar anak dapat dibimbing untuk datang kepada Tuhan serta mengenal Tuhan dan pada suatu ketika secara mandiri mereka akan mengikrarkan pengakuan imannya (angkat sidi) serta mampu menyaksikannya kepada orang lain (sesamanya). Dalam menjalankan pembinaaan tersebut banyak fasilitas yang dibutuhkan. Oleh karena itu usaha-usaha gereja hendaknya lebih menekankan kepada pendidikan iman untuk membimbing anak kearah kebutuhan phisik (rasa aman), kebutuhan iman (dikasihi dan mengasihi) dan kebutuhan lainnya.

Pembinaan Keluarga

  1. Keluarga mempunyai perhatian, tanggungjawab dan inisiatif guna kemajuan KA/KR.
  2. Sebagai Keluarga Allah, Para Keluarga Kristen tidak boleh meninggalkan perhatiannya terhadap kemajuan KA/KR GBKP. Karena keluarga adalah basis Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka para orangtua sebenarnya berfungsi sebagai pengajar dan guru ditengah-tengah keluarga.

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Sehubungan dengan peningkatan kinerja Pengurus KA/KR GBKP disemua wilayah pelayanannya, diharapkan para pengurus dapat memberikan usul dan masukan kepada Moderamen GBKP, Klasis dan Runggun/Majelis Jemaat untuk memberikan perhatian yang lebih bagi pelayanan anak dan remaja. Mereka dapat memberikan dana yang cukup untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam kebaktian anak dan remaja

Visi dan Misi GBKP

Dalam masyarakat Karo yang memiliki ikatan sosial dan kekeluargaan yang kuat membuat kedatangan Injil sangat membutuhkan sesuatu perbuatan kasih oleh gereja yang bisa mereka lihat. GBKP menyadari hal ini, sehingga dalam merumuskan misi gereja untuk mencapai visinya, maka empat misi dari lima misi yang dirumuskan mengarah dan mendukung pelayanan-pelayanan diakonia. Visi gereja selalu dalam perjuangan untuk mewujudkannya. Dengan kemauan yang keras, penyangkalan diri, mohon bimbingan Roh Kudus dan Firman Tuhan, seluruh warga jemaat GBKP perlu terus diperbaharui agar kualitas individu akan semakin terlihat.

Kualitas individu yang merupakan anggota gereja perlu dilihat dalam konteks persekutuannya, baik dalam keluarga, jemaat secara teritorial (Sektor/PJJ, Majelis jemaat/Runggun, Klasis, Sinodal, Ekumenial) maupun secara kategoria usia/gender (KA/KR, Permata, Moria, Mamre) dan kategorial profesi (petani, pedagang, pengajar, penegak hukum, pelayan kesehatan, politisi, birokrat, bidang jasa angkutan, teknik, finansial, konsultan, dan lain sebagainya).
Untuk mewujudkan visi gereja GBKP ini, maka sidang Sinode GBKP menetapkan visi GBKP tahun 2005-2010 masih tetap seperti visi 2000-2005 yang lalu yaitu : “Hidup Setia Kepada Tuhan.”
Misi dalam hal diakonia untuk mewujudkan visi ini sangat penting untuk diperhatikan, karena hal-hal inilah yang akan diterapkan oleh seluruh gereja GBKP lokal (runggun) dimanapun berada untuk mengarahkan pelayanan diakonia yang dilaksanakannya. Misi GBKP untuk mewujudkan visi gereja adalah:

  1. Meningkatkan peribadatan.
  2. Menghargai kemanusiaan.
  3. Melakukan keadilan, kebenaran, kejujuran dan kasih.
  4. Mewujudkan warga yang dapat dipercaya.
  5. Meningkatkan perekonomian jemaat.

Visi dan misi yang sudah sangat baik dirumuskan ini tidak akan menjadi sesuatu yang berati kalau hanya berhenti menjadi visi dan misi organisasi gereja saja. Gereja harus memiliki kesungguhan untuk mengembangkan anggota-anggota gereja, sampai visi dan misi gereja menjadi visi dan misi semua pekerja gereja dan juga menyeluruh menjadi visi dan misi seluruh jemaat sebagai suatu kesadaran untuk dikerjakan dan dicapai dalam kesetiaan kepada Allah dan kehidupan persekutuan orang percaya.

Misi GBKP untuk mencapai visinya, juga menjadi misi Gereja GBKP Bandung Pusat. Misi GBKP yang sudah dirumuskan itu kalau benar-benar dipelajari maka sudah mencakup pemikiran untuk menyelesaikan banyak masalah di gereja-gereja GBKP dimanapun berada. Sehingga diakonia perlu diterjemahkan untuk memenuhi kebutuhan jemaat yang perlu dilayani oleh gereja lokal. Diakonia yang merupakan pelayanan nyata dalam menampakkan Kasih Allah kepada dunia ini (bd. Lukas 4:16-30). Diakonia yang lahir dari kasih yang agape akan membawa pertumbuhan spiritualias jemaat, sehingga perkembangan kuantitas jemaat gereja akan mengikuti.